Mengapa Umat Islam Harus Menolak Demokrasi
Pernyataan saya ini saya buat untuk mengomentari seputar pernyataan wakil presiden yusuf kalla, dalam surat kabar lokal Radar Tasik Malaya edisi 14 Agustus tahun 2008.Hal yang menarik untuk digaris bawahi adalah komentarnya tentang Islam dan Demokrasi. Katanya Islam dan Demokrasi memiliki latar belakang berbeda namun memilki tujuan yang sama yaitu kesejahteraan umum. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidatonya pada forum masyarakat Islam madani yang dihadiri oleh perwakilan Negara-negara Asia Tenggara. Acara tersebut diselenggarakan oleh ICRP di istana Wapres. Sebagaimana di beritakan oleh media tersebut.
Dalam pidatonya kita Umat Islam, diajak untuk menerima demokrasi sebagai suata sarana atau metode dalam menggapai kesejahteraan umum. Pernyataan ini sungguh menyesatkan, menurut hemat saya. Kenapa?.
Pertama. Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh pak wapres, bahwa demokrasi dan Islam memiliki latar belakang berbeda, yaitu Demokrasi menggunakan Sekulerisme sebagai asasnya, berupa pemisahan agama dari urusan kedaniawian. Segala aspek keduniawian harus netral atau bersih dari nilai-nilai agama. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip Islam, yang menjadikan islam sebagai standar kehidupan, dengan kata lain Islam memadukan nilai-nilai agama sebagai standar dalam berbagai dimensi kehidupan, baik aktivitas keduniawaian maupun ukhrowi (ritual).
Kedua. yang kita tolak karena kita sebagai muslim, adalah Demokrasi merupakan tsaqopah atau bagaian dari kebudayaan asing yang berasal dari peradaban yunani. Kita sebagi Umat islam dilarang mengikuti peradaban selain yang berasal dari peradaban Islam. Sabda nabi Muhammad SAW “barang siapa yang meyerupai suatu kaum maka ia bagian dari kaum tersebut”. Hadis tersebut dengan sangat jelas melarang kita agar tidak mengikuti jalan atau tatacara orang kafir.
Ketiga. Dalam demokrasi ada istilah kedaulatan ditangan rakyat atau dengan kata lain rakyat (manusia) memiliki hak untuk membuat hokum. Sedangkan dalam Islam Allahlah yang berhak membuat hukum. Manusia hanya diperkenankan menggali hukum atau dikenal dengan istilah ijtihad. Dalam islam persoalan membuat hukum sudah jelas dalilnya bacalah surat Al maidah ayat 49 -50. Jadi dalam Islam kedaulatan ada ditangan Syara bukan di tangan manusia yang kadang memiliki sipat sombong. Kalaupun ada yang berargumen bahwa yang berhak mengatur dirir kita adalah kita sendiri karena yang mengetahui kebutuhan dan kehendak kita adalah diri kita. Pernyataan seperti ini sungguh sangat sombong, padahal kita diciptakan oleh Allah, yang jelas-jelas lebih mengetahui tentang segala sesuatu.
Umpamanya adalah seorang insinyur komputer, insinyur ini, ketika membuat computer dari mulai software hingga hardware, sesuai dengan standar kebutuhan. Sebagai seorang ahli computer, dia mengetahui seluk beluk tentang mesin ciptaannya, maka dia mengeluarkan buku panduan dalam mengoprasikan computer. Sebagai salah satu bentuk rasa cintanya terhadap bidang yang digelutinya maka dia membuka layanan service computer, jika ada yang rusak dan les belajar computer. Kalau kita analogikan, begitu pula dengan kehidupan manusia di dunia, Allah menciptakan alam ini dengan serba teratur dan tertib sesuai dengan kehendakanya. Manusia diciptakan di dunia adalah untuk beribadah, yang salah satunya adalah dengan menjalankan aturan Allah.
Hal inilah yang jarang dipahami oleh kebanyakan kaum muslim. Yang lebih disayangkan lagi banyak “oknum ulama” dan cendekiawan muslim yang justru terjebak dalam Lumpur demokrasi akibat terlalusilau dengan peradaban barat. Mungkin dengan niat ingin menegakan kalimat Allah, tapi malah mendukung kekufuran. Coba kita lihat sejarah, sejak negara ini dibentuk hingga sekarang, partai-partai Islam yang ingin menerapkan Islam secara sempurna nggak pernah terjadi contohnya adalah masyumi yang dijebak masuk Volkskrad (semacam DPR) suara umat Islam kalah banyak dengan suara orang-orang kafir. Akhirnya masyumi di bubarkan oleh pemerintah. Kita lihat kasus partai Islam Aljazair FIS pada tahun 1991, yang menang telak hasil pemilu langsung, dan hampir selangkah lagi menguasai Negara.tapi apa akhirnya?. Nasibnyapun sama seperti masyumi. Hasil pemilu langsung tersebut dibatalkan oleh pihak militer yang kuat dan didkng oleh Negara-negara barat. Kemenangan partai FIS di abolish karena ingin menerapkan syariat Islam, partai FIS resmi dilarang, para aktivisnya ditangkapi dan di jebloskan kepenjara. Betapa sulitnya menerapkan hukum Islam lewat Demokrasi Ini karena sistem Demokrasi dicipatakan untuk mempersempit ruang lingkup agama, yaitu dengan asas sekulerisme.
Bagi orang –orang yang meyakini Demokrasi sebagai kebenaran maka hal itu telah divonis kaffir. Banyak fatwa ulama yang memfatwa bahwa jika seorang muslim meyakini ada hukum yang lebih baik dari hukum Allah maka dia kaffir.karena memang demokrasi itu bukan dari wahyu Allah tetapi, berasal dari pemikiran manusia yang banyak kelemahan.
Sebuah aturan kufur yang mesti ditolak mentah-mentah malah diagung-agungkan, sementara system yang jelas diridhoi Allah ditolak dengan berbagai alasan. Percaya tidak percaya tapi inilah realita sistem kufur demokasi yang wajib kita campakan. Pernyataan semacam yang dilontarkan pak yusuf kalla perlu dikaji ulang. Kemudian timbang dengan kaca mata Islam apakah sesuai dengan syariat atau tidak melanggar syariat. Kita jangan sekali –kali mengambil peradaban dan kebudayaan dari barat untuk kita gunakan sebagai aturan hidup. Cukuplah Islam sebagai aturan hidup kita . sudah banyak contoh akibat dari meninggalkan Syariat Allah. Contohnya adalah negeri ini bencana dimana mana dan kebanyakan bencana tersebut di akibatkan karena ulah tangan-tangan manusia.
Maka marilah kita sebagai muslim untuk kembali kepada jalan Islam yang sempurna.
Andrianto
Mahasiswa STIKes Bina Putera banjar
Comments :
Posting Komentar